Bagi sebagian pecinta lingkungan, berlayar melihat kehidupan hewan laut secara langsung adalah bagian dari cita-cita mereka. Namun, tidak ada yang menyangka jika aktivitas ini dapat meningkatkan resiko kepunahan hewan laut langka seperti paus dan lumba-lumba. Mengapa?
Daerah di sekitar kutub, seperti Islandia dan Selandia Baru, memang menjadi tujuan favorit para pecinta lingkungan untuk dapat bertemu dan mengamati dengan dekat lumba-lumba hidung botol dan beberapa jenis paus langka. Sayangnya, sekarang para ahli konservasi mengimbau para pecinta lingkungan agar menghentikan 'wisata' menggunakan kapal untuk mendekati mamalia laut tersebut.
Himbauan tersebut muncul setelah beberapa Paus Minke yang hidup di daerah Islandia dilaporkan berenang dengan cepat untuk menghindari kapal. Beberapa paus juga dilaporkan mengalami pola bernapas yang berat ketika ada kapal yang mendekat. Aksi menghindari kapal dan pola napas berat diyakini sebagai tanda jika paus-paus tersebut tengah stress.
Tidak hanya itu, populasi lumba-lumba hidung botol yang sering muncul di daerah Selandia Baru juga dinyatakan terus berkurang, terutama di rute-rute di mana kapal pecinta lingkungan atau pemerhati binatang kerap singgah. Para ahli berpendapat bila fenomena ini terjadi karena kapal-kapal itu tidak sengaja mengusir ikan-ikan kecil yang menjadi sumber makanan lumba-lumba dan paus.
Menurut hasil kongres konservasi alam di Glasgow minggu lalu, beberapa rute pelayaran populer bagi para pecinta lingkungan telah merubah pola hidup mamalia laut, membuat mereka 'depresi' bahkan dalam beberapa kasus membunuh setelah secara tidak sengaja menabrak hewan-hewan laut tersebut, Daily Mail (27/08).
Baik paus dan lumba-lumba sejatinya punya daerah mencari makan sendiri yang telah ada sejak jauh sebelum hewan-hewan itu dilahirkan. Saat kapal-kapal tersebut datang, paus dan lumba-lumba akan dipaksa untuk pergi meninggalkan tempat yang menjadi sumber makanan mereka.
Tak pelak, hewan-hewan itu akan mengeluarkan energi tambahan untuk mencari tempat makan lain, tidak jarang paus dan lumba-lumba gagal menemukan sumber makanan baru. Hal ini lah yang diklaim memicu tingginya tingkat stress hewan-hewan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar