Burung Sanggup Terbang Tembus Topan Badai
Saat berpapasan dengan badai, kecepatan terbang mereka turun ke 14 kilometer per jam.
Banyak burung melakukan migrasi dengan terbang sejauh ribuan kilometer
per tahun. Mereka terbang di atas daratan, lautan, dan ternyata, mereka
mampu terbang menembus badai.
Bryan Watts, Director of the
Center for Conservation and Biology, College of William and Mary,
Virginia, Amerika Serikat memasang pemancar satelit pada burung
Whimbrel untuk memantau pergerakan mereka selama 3 tahun terakhir.
“Burung-burung
ini beranak pinak di kawasan dekat Kutub Utara. Padahal mereka mencari
makan di kawasan utara Amerika Selatan, di sekitar Venezuela, dekat
hutan Amazon,” kata Watts, seperti dikutip dari NPR News, 14 Oktober 2011.
Artinya,
kata Watts, mereka terbang jarak jauh dan melakukan penerbangan luar
biasa. “Burung yang kami lacak bahkan terbang 3.500 mil (sekitar 5.600
kilometer) nonstop dari Virginia ke Alaska,” ucapnya. “Ia bergerak
dengan kecepatan 55 sampai 65 kilometer per jam selama 5 hari penuh,”
kata Watts.
Watts menyebutkan, selama ini, para pengamat ingin
mengetahui apa yang terjadi jika burung ternyata dihadang badai. Untuk
itu, mereka memasang pelacak pada burung yang lebih besar, yakni burung
Hope. Agustus lalu, burung yang dipasangi pelacak terbang dari Nova
Scotia dan berjumpa dengan badai tropis Gert.
“Saat berpapasan
dengan badai Gert, selama 27 jam, kecepatan terbang mereka turun ke 14
kilometer per jam karena menantang arah angin,” kata Watts. “Setelah
berhasil menembus badai, kecepatan terbang menjadi 145 kilometer per
jam karena mendapat dorongan dari angin badai,” ucapnya.
Watts
menyebutkan, peneliti belum menemukan apa yang membuat mereka mampu
terbang secara luar biasa seperti itu. Yang pasti, saat tiba di tempat
mereka mencari makan, bobot mereka hanya 350 sampai 400 gram. Namun
selama 3 minggu berikutnya, bobot mereka naik 50 persen.
“Saat
mereka pulang ke tempat asal, mereka bagaikan seperti bola lemak yang
menyimpan energi dalam jumlah cukup untuk melakukan penerbangan jarak
jauh,” ucap Watts. “Tampaknya faktor ini yang memungkinkan mereka mampu
menghadapi angin kencang selama itu,” ucapnya.
Watts
menyebutkan, satu hal yang mereka pelajari setelah memasang pemancar
satelit pada burung ini adalah, meski burung mengarungi jarak yang
demikian jauh, namun mereka bergantung pada satu kawasan kecil di
daerah spesifik.
“Jika kita merusak ekologi di kawasan tersebut,
maka itu akan memberi dampak yang sangat besar bagi populasi burung
yang memanfaatkan kawasan tersebut untuk berkembang biak,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar